Dalam artikel kali ini, kita akan membahas mengenai Majas Pleonasme. Apa itu majas pleonasme? Bukankah sebuah majas jika dipakai dalam sebuah novel akan menyuguhkan kata yang epik? Lalu, bagaimana jika dilihat dari segi keefektifan kalimat? Simak penjelasan pengertian majas pleonasme, ciri-ciri majas pleonasme, penyebab munculnya majas pleonasme dan contoh majas pleonasme dalam novel di bawah ini:
Pengertian Majas Pleonasme
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, pastinya sudah tidak asing lagi dengan istilah majas. Majas adalah haya bahasa, yang biasanya digunakan dalam penulisan karya sastra berupa puisi atau prosa, tapi tidak salah juga jika digunakan dalam sebuah cerpen atau novel.
Majas sendiri merupakan kekayaan bahasa yang memberikan efek efek tertentu yang membuat bahasa semakin unik dalam menyampaikan pikiran baik dalam bentuk lisanmaupun tertulis.
Banyak macam jenis majas diantaranya yaitu majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, majas pertentangan, dan majas majas lainnya yang menjadi bagian di dalamnya. Salah satu dari majas penegasan adalah majas pleonasme, yang mana akan kita bahas dalam artikel kali ini.
Ditinjau dari bahasanya, pleonasme berasal dari kata dalam bahasa Yunani “pleonasmus” yang berarti “kata yang berlebihan”. Majas pleonasme adalah majas yang berfungsi untuk menegaskan arti suatu kalimat dengan menambahkan frasa yang berlebihan. Majas pleonasme menggunakan kata keterangan tambahan yang sebenarnya keberadaannya tidak dibutuhkan. Namun keberadaan kata tambahan tersebut membuat kalimat lebih tegas dan lebih jelas.
Majas pleonasme dapat digunakan dalam karya sastra yang bersifat nonfiksi sebagai gaya bahasa yang bertujuan menegaskan atau menambahkan ekspresi dalam narasi.
Namun, dalam tulisan formal yang bersifat nonfiksi, majas pleonasme sebisanya dihindarkan. Jika ditemukan, editor wajib mengoreksinya. Dalam teori kalimat efektif, pleonasme menjadi salah satu sebab ketidakefektifan kalimat.
Penyebab Munculnya Majas Pleonasme
Setelah mengetahui apa itu majas pleonasme, berikut ada enam sebab terjadinya (sekaligus corak atau ciri khas ) kalimat pleonastis:
1. Pada satu frase terdapat dua ataupun lebih kata yang bersinonim (persamaan)
Misal :
Mulai dari dulu ia sudah membencinya.
Demi untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja
Artinya :
Pada kalimat pertama diatas “mulai” mempunyai arti yang sama dengan “dari”. Dengan begitu, kalimat (a) tersebut mestinya hanya dikatakan : Mulai dulu ia memang membencinya atau Dari dulu ia sudah membencinya.
Pada kalimat kedua tersebut “demi” mempunyai arti yang sama dengan “untuk”. Dengan begitu, kalimat (b) itu mestinya dapat dikatakan : Demi kekasihnya, dia mau melakukan apa saja ataupun Untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja.
2. Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali
Misal :
Semua buku-buku itu sudah pernah saya baca.
Para siswa-siswa mengikuti upacara bendera.
Artinya :
Kata semua sudah mengandung pengertian banyak. Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, seharusnya semua benda yang terdapat dibelakang kata tersebut tidak perlu dalam bentuk jamak. Jadikalimat (a) tersebut cukup dikatakan : Semua buku itu sudah pernah saya baca atau Buku-buku itu sudah pernah saya baca.
Kata para sudah mengandung pengertian banyak. Jadi kalimat (b) itu dapat dikatakan : Para siswa mengikuti upacara bendera atau Siswa-siswa mengikuti upacara bendera.
3. Makna suatu kata sudah terdapat dalam kata yang lain pembentuk frase itu.
Misal :
Dani turun ke bawah.
Dion naik ke atas.
Artinya :
Kata “turun” juga mempunyai pengertian yang sama dengan ke bawah. Jadi kalimat (a) tersebut dapat dikatakan : Dani turun atau Andi ke bawah.
Kata “naik” pun juga mempunyai pengertian yang sama dengan ke atas. Jadi kalimat (b) tersebut dapat dikatakan : Dion naik atau Nani ke atas.
4. Penanda jamak diikuti kata benda bentuk jamak
Misal :
Berbagai-bagai macam buah dijual di pasar.
Berbagai-bagai jenis sayur ditanam di sawah.
Artinya :
Kata “berbagai-bagai” artinya sama benar dengan “bermacam-macam”. Karena itu dalam sebuah kalimat cukup dipakai salah satusaja. Karenanya kalimat (a) dapat dikatakan : Berbagai-bagai buahdijual di pasar, atau Bermacam-macam buah dijual di pasar.
Begitu juga “berbagai-bagai” artinya sama persis dengan “berjenis-jenis”. Karena itu didalam sebuah kalimat cukup dipakaisalah satu saja. Jadi kalimat (b) tersebut cukup dikatakan : Berbagai-bagai sayur ditanam di sawah ataupun Berjenis-jenis sayur ditanam di sawah.
5. Salah satu unsur singkatan sudah dinyatakan secara lengkap
Misal :
Persegi Bali FC memenangkan pertandingan.
Perhimpunan partai Golkar memenangkan Pemilu.
Artinya :
Akronim “Persegi” merupakan singkatan persatuan sepak bola Gianyar. Namun pada sisi lain “FC” singkatan dari football club yang berarti persatuan sepak bola. Jadi terdapat dua frase yang sama didalamnya digunakan sebuah frase yang lebih besar.
Akronim “Golkar” merupakan singkatan partai golongan karya, sementara kata golongan bersinonim dengan “perhimpunan” ataupun juga dengan “partai”. Jadi terdapat tiga frase yang sama dalam kalimat digunakan frase yang mungkin lebih besar.
6. Hiponim
Misal :
Mereka memelihara berbagai bunga, seperti bunga mawar, bunga melati, dan bunga matahari.
Ayah menanam berbagai sayur, seperti sayur bayam, sayur wortel dan sayur kangkung.
Artinya :
Kata nuri, kenari, dan cucak rowo adalah hiponim dari jenis burung. Jadi kalimat pertama cukup hanya dikatakan : Mereka memelihara berbagai bunga, seperti mawar, melati, dan matahari.
Kata bayam, wortel, dan kangkung merupakan hiponim dari jenis sayur. Jadi kalimat kedua cukup hanya dikatakan : Ayah menanam berbagai sayur, seperti bayam,wortel dan kangkung.